Musisi asal Bali, Jerinx belakangan identik dengan gerakan menolak
Reklamasi Teluk Benoa. Meski sempat mengalami teror serta larangan
manggung, drummer Superman Is Dead sekaligus vokalis Devildice itu tetap
bertahan pada ideologinya.
Bagi Jerinx, perjuangannya menolak Reklamasi Teluk Benoa bukan tanpa
sebab. Sebagai warga asli Bali, Jerinx khawatir dengan dampak yang akan
terjadi bila reklamasi tersebut benar-benar dilakukan.
Baca Juga
"Tidak diuruk pun ketika hujan sudah banjir. Belum lagi mereka bilang
akan mendatangkan 250 ribu pekerja. Itu mau ditaruh di mana sementara
Bali Selatan sudah crowded mendekati Jakarta. Anda tahu sendiri
khan kemacetannya sudah bisa dibilang beda 30% dengan di Jakarta. Dan
beban kemacetan kan berat, bisa bikin stres, gila, depresi, kriminalitas
segala macam," ucap Jerinx ketika ngobrol bareng Liputan6.com di kawasan Teuku Umar, Bali.
"Sudah dilakukan juga kajian dampak sosial oleh Universitas Udayana
Bali. Dan hasilnya, mereka menyatakan kalau proyek itu tidak layak
dilaksanakan," lanjutnya.
Ratusan
Outsiders dan Lady Rose (masing-masing sebutan penggemar SID laki-laki
dan perempuan) begitu antusias melihat penampilan Jerinx cs dalam ajang
Indonesia Greaser Party 2015
Kini, setelah tiga tahun berlalu, seruan Jerinx menentang Reklamasi masih terdengar di panggung-panggung musik. Pelantun Memories of Rose
ini pun bertekad untuk terus mencari dukungan baru agar apa yang
diperjuangkannya selama ini tidak lantas kandas di tengah jalan.
"Perjuangan kami tiga tahun lebih ini sudah bukan tentang kalah dan
menang. Apapun hasilnya nanti, yang penting kami sudah berusaha. Saya
juga terkadang capek, ini kapan selesainya. Tetapi bagi masyarakat Bali,
atau siapapun yang sayang dengan Bali, ini adalah masalah personal.
Mereka hendak mengancurkan sesuatu yang indah," pungkas Jerinx.
0 comments:
Post a Comment