BALI NOT FOR SALE

BALI LEBIH CANTIK SEDERHANA

SUPERMAN IS DEAD

WAWANCARA SUPERMAN IS DEAD

Friday, April 15, 2016

Jerinx SID Bangga Pakai Kemeja Bekas

Sejak 2012, Jerinx SID sering menyuarakan tentang penolakan Teluk Benoa di Bali. Karena itu pula, Jerinx sering mendapat intimidasi.
          Jerinx merupakan sosok inspiratif bagi banyak orang. Motor dari Superman Is Dead dan Devildice itu rajin berbagi pemikirannya melalui media sosial, termasuk soal fesyen.
Soal fesyen, pria bernama asli I Gede Ari Astina ini cuek dengan kemeja bekas yang dibelinya saat berada di Yogyakarta. Ia juga mengajak para penggemarnya untuk tidak malu belanja barang bekas.
"Kemeja ini saya dapat di toko pakaian bekas di Jogja seharga 30 ribu. Jangan malu belanja pakaian bekas. Karena harga tak selalu tentukan karakter. Ingat cuci dulu sebelum dipakai ya," tulis Jerinx di Facebook belum lama ini sebagai keterangan foto dirinya mengenakan kemeja bekas biru bergaya Hawaii.

Jerinx selain seorang musisi papan atas, ia juga merupakan pemilik bar, studio tato serta salah satu pemilik clothing line yang cukup sukses bernama RMBL. Dengan sederet hal tersebut, tentu ia membeli kemeja bekas bukan karena alasan uang, melainkan karena semangat perlawanan dan perubahan seperti yang selalu diusung di dalam musiknya.

Menertawakan Kerakusan Investor Lewat Stand Up Against Greed

Rare Kual Tolak Reklamasi
Penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa seluas 700 hektar oleh PT TWBI terus digaungkan barisan seniman yang tergabung dalam Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa (ForBALI). Event bertajuk “STAND UP AGAINST GREED!” digelar di Taman Baca Kesiman, Jumat (15/4) penampilan spesial dari komika atau stand up komedian nasional Soleh Solihun. Pun grup lawak Inguh Gabeng, Rare Kual, trio folk Nosstress dan blues man, Made Mawut.
Selain penampilan deretan seniman, event ini pun diramaikan sejumlah booth dari Substore, Sindikat Pesta Kebon, Pena Hitam Bali dan ForBALI. Panitia acara Dodix mengatakan, acara merupakan salah satu cara untuk terus menyuarakan penolakan reklamasi Teluk Benoa.
“Melalui gerakan seni seperti stand up comedy kami ingin menertawakan kerakusan penguasa dan pengusaha yang bebal dan kami mengajak masyarakat untuk terus melawan. Yang terpenting adalah dari event ini kami mengedukasi masyarakat tentang dampak buruk reklamasi terhadap lingkungan sekitar termasuk dampak terhadap adat dan budaya Bali. Ini tidak hanya sekali dua kali, dari awal gerakan ini para seniman terus bergerak dengan menggelar konser mini,” jelasnya.
Menurut Dodix, event ini untuk menggalang donasi yang nantinya akan disalurkan untuk membiayai gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa. “Karena gerakan tolak reklamasi ini independen dan tidak ada intervensi dari siapapun dan tidak ada kepentingan dari pihak manapun. Gerakan ini dari awal berdiri sendiri semua dibiayai dari sumbangan individu yang dapat dipertanggungjawabkan,” tegasnya.
Soleh Solihun Tolak Reklamasi
Soleh Solihun, komika yang namanya melenggang di pentas stand up nasional mendukung gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa dan merelakan hadir ke Bali meskipun tidak dibayar. “Saya tidak ingin Bali seperti Jakarta. Saya datang ke Bali karena keunikannya bukan karena gedung dan hotel mewah. Kalo di Bali isinya hotel mewah apa bedanya dengan Jakarta. Keunikan Bali itulah yang dicari wisatawan,” ungkapnya disambut tepuk tangan meriah penonton yang memenuhi Taman Baca Kesiman.
Seperti diketahui, gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa telah berjalan tiga tahun. Berbagai elemen masyakat Bali mulai dari Pasubayan Desa Pekraman/Adat Bali, pemuda adat, komunitas, mahasiswa, pelajar, seniman dan individu tanpa kenal lelah terus menyuarakan tolak reklamasi Teluk Benoa. Masyarakat Bali berharap presiden Joko Widodo membatalkan proyek reklamasi Teluk Benoa dengan mencabut Perpres No 51 Tahun 2014.
“Perpres ini adalah jebakan batman yang dikeluar oleh rezim SBY untuk memuluskan proyek reklamasi Teluk Benoa. Sekarang Presiden Jokowi harus menanggung peninggalan SBY dan kami meminta Jokowi untuk segera mencabut perpres 51 tahun 2014,” pungkasnya.
Dalam event ini terkumpul donasi Rp 9,8 juta dan langsung diserahkan pihak panitia kepada perwakilan ForBALI yang diwakili koordinator divisi politik ForBALI Suriadi Darmoko.

Pemasangan Atribut Tolak Reklamasi Terus Meluas

Foto Pemasangan Panji-Panji Tolak Reklamasi Teluk Benoa (2)
Rakyat di berbagai penjuru Bali antusias memasang baliho dan atribut penolakan reklamasi Teluk Benoa.
Nusa Dua
Sekaa Teruna Teruni (STT) Banjar Penyarikan dan Bocah-Bocah Creative (BBC), Bualu, Nusa Dua siang tadi mendirkan baliho penolakan reklamasi Teluk Benoa di wilayah mereka. Hadir juga Ketua BBC I Wayan Santika bersama kepala lingkungan penyarikan I Nyoman Sueta, SE dan juga Jro Mangku Angin.

I Nyoman Sueta, Kepala Lingkungan Penyarikan menjelaskan pemasangan baliho tersebut adalah sebagai bentuk permohonan restu kepada Jro Gede Mecaling agar diberikan restu menuju persembahyangan bersama Pasubayan Desa Adat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa.
Simbol yang dipasang di baliho adalah Jro Gede Mecaling yang berstana di Pura Dalem Nusa, agar Ida Betara nuntun perjalanan warga sekaligus diberikan restu acara persembahyangan sebentar lagi. “Kami menganggap beliaulah yang menuntun kita dalam perjalanan dan perjuangan menolak reklamasi Teluk Benoa ini,” papar Nyoman Sueta.
Sementara itu, ketua BBC menjelaskan pemasangan baliho selain sebagi bentuk permohonan restu kepada Ida Betara yang berstana di Pura Dalem Nusa juga untuk meminta kepada Presiden Joko Widodo agar segera mencabut perpres 51/2014.
“Kepada Bapak Presiden RI Joko Widodo agar mencabut Perpres 51 Tahun 2014. Pencabutan perpres 51 tahun 2014 ini sangatlah penting selain untuk menghentikan rencana reklamasi Teluk Benoa serta pencabutan Perpres No 51/2014 agar melepaskan Presiden dari jebakan rezim sebelumnya,” papar Wayan Santika.
Legian
Di sepanjang jalan legian, Kuta masyarakat legian yang dikoordinir oleh Solidaritas Legian Peduli (SOLID) melakukan pemasangan panji-panji penolakan reklamasi Teluk Benoa.
Koordintor SOLID Tolak Reklamasi Teluk Benoa menjelaskan pemasangan panji-panji tolak reklamasi Teluk Benoa tersebut untuk menyampaikan pada khalayak luas dan mendapatkan reaksi dari wisatawan di wilayah Legian. Harapannya, turis akan menanyakan langsung kepada masyarakat tentang alasan penolakan reklamasi Teluk Benoa. Sebagai daerah pariwisata menurutnya pemasang baliho tersebut akan menadapatkan perhatian lebih.
“Mengingat kita daerah kawasan wisata, kita yakin akan mendapat fokus perhatian lebih,” papar Koordintor SOLID AA. Putu Oka Hartawan. Pemasangan tersebut mendapat reaksi wisatawan dengan bertanya kepada masyarakat. Mereka lalu positif ikut mendukung pergerakan ini karena yang mereka inginkan adalah wisata budaya dan kealamian Bali.
Ia juga menjelaskan sebagai daerah di kawasan pariwisata, Legian tidak anti dengan investasi. Tetapi, menurutnya investasi yang merusak seperti rencana reklamasi Teluk Benoa harus dibatalkan karena justru akan menghacurkan pariwisata Bali saat ini.
“Panji-panji kita sengaja dipasang di jalan utama Jl Legian-Kuta sebagai bentuk protes atas adanya rencana reklamasi Teluk Benoa dan meminta agar Perpres 51/2014 segera dicabut,” ujarnya.
Pencabutan perpres 51/2014 dengan mengembalikan Teluk Benoa sebagai kawasan konservasi akan menghindarkan Bali dari kerusakan yang lebih parah. Untuk terus membela ibu pertiwi, koordinator SOLID juga menekankan jika semua panji-panji yang dipasang adalah swadaya dari masyarakat Legian, dengan sukarela membelinya atas dasar hati nurani.

Bantahan ForBALI terhadap Sekda Pemerintah Provinsi Bali

tolak3-ogoh2-tikus
Kami dari Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa dengan ini memberikan tanggapan terhadap pernyataan Sekda Pemerintah Provinsi Bali, Cokorda Ngurah Pemayun sebagaimana dimuat berbagai media massa. Pada pokoknya Cokorda Ngurah Pemayun meminta kepada rakyat Bali yang menolak reklamasi Teluk Benoa untuk menunjukkan kajian ilmiah.
Berikut kutipan lengkap pernyataan Sekda Provinsi Bali, “Kepada kelompok yang menolak, para politisi dan komunitas apa pun. Tunjukanlah kajian ilmiah Anda kenapa harus menolak. Jangan hanya asal menolak. Pokoknya reklamasi Teluk Benoa ditolak. Ini yang tidak kita inginkan.”

Berkaitan dengan hal tersebut kami akan menyampaikan fakta sebagai berikut:
1. Kami, ForBALI, adalah gabungan masyarakat sipil lintas sektoral yang terdiri dari lembaga dan individu baik Masyarakat Adat, Pemuda Adat, Mahasiswa, LSM, seniman, pemuda dan individu-individu yang peduli lingkungan hidup dan mempunyai keyakinan bahwa Reklamasi Teluk Benoa adalah kebijakan penghancuran bagi kelestarian laut beserta isinya serta lingkungan di Bali. ForBALI merupakan salah satu forum yang kurang lebih selama tiga tahun belakangan memprotes dan melakukan penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa sehingga kami merasa sebagai salah satu pihak yang dituju oleh pernyataan Sekda Provinsi Bali tersebut.
ForBALI dalam melakukan protes dan penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa berpegang teguh terhadap hasil riset dan kajian. Di antaranya adalah kajian pemodelan dari Conservation International dan juga hasil riset tentang kawasan suci Teluk Benoa yang dilakukan ForBALI dan dikuatkan oleh keputusan Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) yang menyatakan Teluk Benoa sebagai kawasan suci.
Selanjutnya di dalam pembahasan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pada 29 Januari 2016, sebagai tanggapan dan argumentasi penolakan ForBALI atas proses AMDAL rencana reklamasi Teluk Benoa, ForBALI juga menyampaikan kajian-kajian berkaitan dengan Sosial Budaya, Kebencanaan, Lingkungan Hidup dan juga dari segi pariwisata mengapa ForBALI menolak rencana reklamasi Teluk Benoa.
Di dalam pertemuan tersebut, Dirjen Planologi dan Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan pemrakarsa juga mengakui bahwa terdapat banyak kelemahan yang ada di AMDAL yang bersifat fundamental. Dengan argumentasi tersebutlah maka ForBALI meminta proses AMDAL dihentikan dan rencana reklamasi Teluk Benoa dibatalkan.
2. Jika kita melihat ke belakang, berdasarkan rentetan peristiwa yang telah terjadi, pada 3 Agustus 2013, pada saat pertemuan di Wiswa Sabha, Gubernur Bali mangku pastika menjelaskan bahwa persoalan reklamasi teluk benoa agar diserahkan kepada ahlinya untuk melakukan studi kelayakan sampai tuntas. Bahkan Gubernur Mangku Pastika berjanji jika hasil studi kelayakan menyatakan tidak layak dilakukan reklamasi maka secara tegas akan menolak reklamasi dan sebaliknya kalau hasil kajian Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Udayana (LPPM Unud) menyatakan layak maka semua pihak harus bisa menerima. Pernyataan tersebut juga termuat di berbagai media massa di Bali.
Lantas, apa yang dilakukan oleh Pemprov Bali Bali tatkala mengetahui hasil final kajian mengenai rencana reklamasi Teluk Benoa dinyatakan tidak layak berdasarkan aspek teknis, lingkungan, sosial budaya dan ekonomi-finansial? Pemprov Bali terus berupaya untuk memuluskan rencana reklamasi Teluk Benoa dengan menggunakan segala cara termasuk mengajukan surat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk melakukan perubahan Teluk Benoa dari kawasan konservasi menjadi non konservasi agar bisa direklamasi.
3. Fakta tersebut menjelaskan bahwa Pemprov Bali dalam setiap tindakannya tidak berdasarkan kajian bahkan pada saat itu ketika mempercayakan kepada UNUD untuk melakukan studi kelayakan rencana reklamasi Teluk Benoa dan hasilnya tidak layak Gubernur tidak lantas menghentikan rencana reklamasi Teluk Benoa. Bukti konkret bahwa tindakan Pemprov Bali tidak berdasarkan kajian ilmiah adalah penerbitan Surat Keputusan (SK) 2138/02-C/HK/2012 tentang Izin dan Hak Pemanfaatan, Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah Perairan Teluk Benoa, karena pada saat itu UNUD sebagai lembaga yang ditunjuk belum melakukan kajian apapun padahal SK tersebut adalah SK pelaksanaan reklamasi. Pemprov Bali hanya memaksakan kehendak untuk mereklamasi Teluk Benoa dan ketika hasil studi kelayakan UNUD bertentangan dengan keinginannya untuk mereklamasi Teluk Benoa yang terjadi adalah hasil studi UNUD dikesampingkan dan nafsu untuk mereklamasi tetap dipaksakan.
Tindakan-tindakan Pemprov Bali melalui Sekda Provinsi Bali yang menantang Rakyat Bali menolak rencana reklamasi Teluk Benoa untuk menunjukkan hasil kajian ilmiah berbanding terbalik dengan perilaku Pemprov Bali yang gemar ingkar janji dan juga tidak menggunakan hasil risetnya dalam hal ini riset dari UNUD yang dulu dipercaya untuk melakukan kajian kelayakan reklamasi Teluk Benoa. Jika saja Pemprov Bali tepat janji dan tunduk dengan hasil riset yang dilakukan maka seharusnya rencana reklamasi Teluk Benoa sudah dihentikan sejak saat itu juga.
Berkaitan dengan tudingan Sekda Provinsi Bali bahwa yang menolak reklamasi hanya mencari panggung politik di Bali untuk menarik simpati rakyat, ForBALI memandang argumentasi yang tidak mendasar karena sebagaimana uraian yang telah disampaikan di atas jelas bahwa sikap ForBALI yang tegas menolak rencana reklamasi Teluk Benoa berdasarkan hasil riset dan kajian sebagaimana yang telah kami uraikan di atas. Pernyataan oleh Sekda Provinsi Bali tersebut adalah pernyataan tidak mendasar yang digunakan untuk menghancurkan gerakan dan perjuangan rakyat Bali menolak reklamasi Teluk Benoa.

Devildice, Nafas Kedua Sang Penabuh Drum S.I.D


      Siapa yang tidak mengenal sosok Jerinx dari Superman Is Dead? Memiliki karakter tajam serta cara berpikir yang kritis, penggebuk drum asal Bali ini nyaris selalu jadi jawaban para punker Indonesia kala ditanya mengenai musisi favorit mereka.
Jika kamu juga merasa akrab dengan sosok tersebut, maka seharusnya kamu juga akan mengenal nafas kedua di dalam perjalanan musiknya, Devildice.
Devildice merupakan sisi lain dari seorang Jerinx. Berkibar sejak 1997 silam, band ini tercatat telah menelurkan sebuah album perdana yang sangat mewakili karakter mereka di dunia musik, Army Of The Black Rose.
"Di dalam berkesenian, Devildice banyak dipengaruhi film-film gangster jaman dulu, custom culture dan eksotisme khas punk tropikal." tulis Jerinx di Facebook mewakili nafas rekan-rekannya.
"Devildice adalah outlet yang memberi 'setan' dalam diri saya ruang untuk berteriak. Argumen filosofisnya, energi Yin dan Yang harus seimbang. Karena ketika keseimbangan hilang, kepekaan yang menjadi kekuatan utama seorang seniman akan terancam." lanjut Jerinx serius.