BALI NOT FOR SALE

BALI LEBIH CANTIK SEDERHANA

SUPERMAN IS DEAD

WAWANCARA SUPERMAN IS DEAD

Tuesday, May 31, 2016

Pecah, Bandung Gelar Festival Musik Metal Terbesar Asia

Sebanyak 81 grup musik underground akan ambil bagian di pagelaran Metal Festival terbesar di Asia. Hellprint Official bekerjasama dengan Super Music.ID menjadi penyelenggaranya dalam konser bertajuk 'Hellprint United Day IV'.
Ajang besar komunitas musik underground ini siap digelar di Lapangan Tegalega, Bandung pada hari Minggu, 7 Februari 2016 dengan menghadirkan 79 grup musik metal nasional, serta bintang tamu grup musik metal Incinerate dan Putrid File dari Amerika Serikat. Seluruh pengusung musik cadas ini siap tampil di 5 panggung besar secara bergantian mulai pukul 10.00 WIB – 22.00 WIB.
  
Menurut Budhi Agoes Salim (perwakilan Super Music.ID), Konser 'Hellprint' terbentuk dari loyalitas komunitas musik yang luar biasa sehingga selalu mampu mengundang antusiasme penggemar musik.
"Hellprint mampu membangun sebuah pagelaran musik yang cukup besar se-level Asia dan dapat mengarahkan komunitasnya sehingga merubah persepsi masyarakat menjadikan pagelaran musik cadas sebagai sebuah tontonan yang profesional dan nyaman. Hal ini yang menjadikan Super Music.ID berbangga hati mendukung gerakan positif komunitas musik ini karena Super Music.ID terbentuk dari komunitas berbagai aliran musik yang loyal terhadap perkembangan musik di Indonesia," kata Budhi Agoes Salim.
Para grup musik metal dan underground siap berbagi penampilannya di 5 panggung besar dengan didukung kekuatan sound sebesar 400.000 watt. Di panggung Hell Stage terdapat penampilan grup musik metal antara lain Jasad, Seringai, dan Deadsquad. Di panggung Monster Stage juga terdapat beberapa kelompok musik cadas papan atas seperti Burgerkill, Superman Is Dead, Koil, grup musik rock senior Edane, dan 2 bintang tamu grup musik asal Amerika Serikat: Incinerate dan Putrid File.
Penampilan mereka juga akan didukung 13 giant spot LED, spectacular lighting di setiap stage, serta Sky Light yang akan memberikan nuansa langit Tegalega cukup berbeda kepada penikmat musik yang hadir ke Konser Hellprint.
Di panggung Noise Stage, Konser 'Hellprint' menghadirkan kelompok musik cadas seperti PAS Band, Rosemary, Rocket Rockers, Billfold, serta beberapa grup musik metal lainnya. Sementara itu Deadshine. Darurat Kuadrat, Sufism, Nectura, Mesin Tempur, Stroke, dan beberapa kelompok musik metal lainnya siap unjuk aksi di panggung Death Stage. Di Rawk Stage, Hellprint juga memunculkan sejumlah komunitas musik underground lainnya seperti The Suitcase Bandits, Bulldogs Brigade, PHB, Sendal Jepit, dan beberapa musisi metal lainnya.
"Konser Hellprint merupakan bentuk apresiasi berkesenian para pemusik underground tanah air untuk tampil hebat dan profesional. Beberapa diantaranya bahkan mencoba memasukkan unsur musik tradisional dengan menggunakan jimbot, kecapi, dan suling, tentu tetap dengan gaya aliran musik underground mereka," ujar Inyo Tanius Saleh Technical Director Konser 'Hellprint'.
Sesuai tajuknya 'Hellprint United Day 4', konser Hellprint menyatukan berbagai aliran musik heavy metal dan hardcore dalam sebuah panggung besar. Seluruh grup musik cadas di Konser Hellprint hadir mewakili berbagai genre ang ada dalam musik underground. Danny Kajul (Official Hellprint) yang sejak awal menginisiasi event metal besar ini juga mengundang sejumlah komunitas underground berbagai daerah di Indonesia untuk tampil di Konser Hellprint ini.
Bahkan Hellprint juga memfasilitasi regenerasi musisi underground dengan basis komunitasnya di berbagai daerah melalui audisi Road to Hellprint West Java Invasion 2015 di 10 kota. Karya 10 jawara grup musik metal di daerahnya tersebut kemudian dibuatkan sebuah rekaman kompilasi CD Road to Hellprint West Java Invasion 2016, serta akan ditampilkan di panggung Konser Hellprint 2016.
Konser 'Hellprint' 2016 menghadirkan konsep festival terbuka yang mengedepankan kenyaman dan pengalaman terbaik untuk menikmati musik metal. "Konser Hellprint ingin merubah stigma musik metal di masyarakat melalui sebuah pagelaran yang profesional dan nyaman. Niat baik dan persaudaraan antar sesama komunitas musik cadas membuat Konser Hellprint selama ini selalu berlangsung nyaman dan aman," katanya.

80 Band Cadas Bikin Heboh Konser Hellprint United di Bandung

 Meski sempat diguyur hujan deras, tak sedikit pun membuat ciut nyali para penampil dan penonton gelaran konser musik cadas 'Hellprint United Day Print Day IV' yang berlangsung di Lapangan Tegalega, Bandung, Minggu (7/2/2016) kemarin.
Pagelaran musik yang diselenggarakan untuk keempat kalinya ini merupakan hasil kerjasama Hellprint Official dengan SuperMusic.ID. Sesuai namanya, konser 'Hellprint United Day Print Day IV' menyatukan berbagai aliran musik heavy metal dan hardcore dalam sebuah panggung besar.
Tak kurang dari 80 grup musik tampil di 5 panggung besar. Di panggung Hell Stage tampil grup musik Jasad, Seringai, dan Deadsquad.
Sementara di panggung Monster Stage tampil kelompok musik Burgerkill, Superman Is Dead, Koil, Edane, dan bintang tamu grup musik asal Amerika Serikat: Incinerate.
Sementara itu di panggung Noise Stage, Konser Hellprint United Day IV menghadirkan kelompok musik PAS Band, Rosemary, Rocket Rockers, Billfold, dan beberapa grup lain.
Di panggung Death Stage tampil grup musik Deadshine, Darurat Kuadrat, Sufism, Nectura, Mesin Tempur, Stroke, dan beberapa kelompok musik metal lainnya.
Dan di Rawk Stage, "Hellprint United Day Print Day IV" menghadirkan komunitas musik underground lainnya seperti The Suitcase Bandits, Bulldogs Brigade, PHB, Sendal Jepit, dan beberapa lainnya. Seluruh pengusung musik cadas itu tampil di 5 panggung besar secara bergantian pukul 10.00 WIB – 22.00 WIB.

Sandy Andarusman, drummer Pas Band, sesaat sebelum naik panggung mengungkapkan kebanggaannya menjadi salah satu penampil 'Hellprint United Day Print Day IV'.
Menurut Sandy, tahun ini keikutsertaan Pas Band adalah untuk ketiga kalinya. Gelaran yang diklaim terbesar di Asia ini, kata Sandy, selain menjadi tempat unjuk kebolehan para musisi dan menghibur penggemarnya, juga menjadi ajang temu kangen antarmusisi serta antarkomunitas penggemar musik underground.
"Enggak cuma urusan penampilan band, tapi di sini juga jadi pusat bisnis semua hal yang terkait musik rock dan underground. Mulai dari merchadise, cloting, dan banyak lainnya. Pokoknya komplit," kata Sandy.
Penyelenggra memang menyiapkan 60 booth kuliner, distro, dan merchan komunitas metal di sekitar arena konser. Di tempat yang sama, Danny Kajul, penggagas event ini, mengatakan, konser “Hellprint United Day IV" menghadirkan konsep festival terbuka yang mengedepankan kenyaman dan pengalaman terbaik untuk menikmati musik metal.
"Konser ini mengubah stigma musik metal di masyarakat melalui sebuah pergelaran yang profesional dan nyaman. Niat baik dan persaudaraan antar sesama komunitas musik cadas membuat konser Hellprint selama ini selalu berlangsung nyaman dan aman," ujar Danny Kajul.

Tolak Reklamasi Teluk Benoa, Jerinx SID Kerap Diintimidasi

 Bali merupakan Pulau Dewata dan juga surga bagi para penduduk juga wisatawan. Namun kelestarian alam dan budaya Bali tengah terancam dengan upaya reklamasi atau pengurukan yang di lakukan di Teluk Benoa. Setidaknya hal itu yang tengah disuarakan oleh Jerinx Superman Is Dead (SID).

Jerinx SID yang melakukan penolakan terhadap reklamasi yang dilakukan di kampung halamannya bersama Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa (ForBali), kerap mendapat intimidasi saat menyuarakan aspirasinya. Ditemui di Konser Svara Bumi untuk Bali Menolak Reklamasi, Jerinx SID membagikan pengalamannya tersebut.

"Intimidasi itu sudah terjadi sejak awal waktu kami menginisiasi gerakan ini. Sejak tahun 2012 saat kami kerap melakukan aksi di depan kantor Gubernur Bali, tidak jarang kami dikepung dan diprovokasi oleh aparat yang berjaga," ungkap Jerinx, di Rolling Stone Cafe, di Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan, Selasa (30/9/2014).

Jerinx yang akan tampil bersama SID di Rolling Stone Cafe, Selasa (30/9/2014) malam, mengaku sering ditanyai soal keluarga dan alamat tempat tinggalnya. Beberapa ormas tidak jarang menghampiri bar yang dimililinya di daerah Kuta, Bali, hanya sekedar untuk mendapat alamat Jerinx.

"Bar saya yang di Kuta sering didatangi ormas-ormas berbadan kekar dan mengintrogasi pegawai saya hanya untuk mendapatkan alamat tempat saya dan keluarga saya tinggal," jelas Jerinx.

Namun ia bersama rekan-rekan musisi lain percaya bahwa gerakan yang tengah digalakan tidak harus dengan menggunakan cara kekerasan yang sama. "Kita tidak perlu melawan dengan kekerasan. Kita lawan dengan seni, dan salah satunya musik," tutur Jerinx.

Serukan Anti Reklamasi Bali, Jerinx SID Sering Diteror

Jerinx SID menolak reklamasi teluk Benoa karena ingin Bali tetap indah dengan alamnya.
Jerinx Superman Is Dead (SID) lantang menyerukan penolakan tentang reklamasi teluk Benoa, Bali. Menurutnya, hal itu malah menguntungkan pihak asing dan akan menghancurkan keindahan alam kampung halamannya.

Lantaran hal itulah, ia selalu mendapat teror. Bahkan, pria bertato ini sampai menjadi target operandi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab agar ia tak lagi lantang menyuarakan tentang reklamasi tersebut.

"Awal-awal sering diicari aparat, terus dicari preman. Rumah saya juga dilacak," kata Jerinx ditemui di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Senin (26/1/2015).

Akan tetapi Jerinx masih diselamatkan, lantaran oran-rang yang mencarinya sama sekali tak bisa menemukannya. Sebab, Jerinx tak hanya berkoar mengenai penolakan reklamasi di Bali, akan tetapi di belahan Indonesia lainnya.

"Untungnya belum pernah ketemu. Aku selalu menyerukan go green, aku mau Bali ku indah," ujarnya.

Kini perlahan teror dan intimidasi kepadanya mulai sedikit menghilang. Lantaran dibantu awak media mengenai pemberitaan tersebut. "Setelah saya sering bicara di media ancaman itu mulai reda," kata Jerinx.

Jawaban Jerinx SID Soal Tuduhan Penyuka Sesama Jenis


Perjuangan Jerinx menyuarakan penolakan reklamasi Teluk Benoa memang bukan tanpa resiko. Sejumlah perlawanan dan aksi teror konon kerap diterimanya agar ia tak lagi lantang menyuarakan tentang proyek reklamasi tersebut.
Diungkapkan Jerinx baru-baru ini, di tengah parade budaya #BaliTolakReklamasi, sejumlah selebaran yang mendiskreditkan dirinya muncul menggunakan bahasa Bali.
Baca Juga
Tak ingin hal itu menjadi polemik berkepanjangan, penggebuk drum di SID ini pun memutuskan untuk menanggapinya di Instagram. Dirinya mengaku tak habis pikir dengan oknum yang mencoba menjatuhkannya lewat cara seperti itu.
"Jujur saya ngakak bacanya, lucu sekali orang-orang ini. Kalau mau menjatuhkan orang, lakukanlah dengan cara ksatria. Nggak usah pakai cara sebarin pamflet trus kabur," tulis Jerinx melalui akun Instagram @jrxsid, Minggu (25/10/2015).

Perihal tuduhan yang dituliskan di selebaran tersebut, Jerinx pun punya jawaban sendiri.
"Faktanya? Hobby saya surfing, ke gym, bersepeda dan kadang minum arak. Hehe. Tentang kehidupan personal, itu privasi saya dan saya bukan tipe orang yang suka pamer foto saat pacaran. Selain itu saya juga seorang pesco-vegetarian (tidak mengkonsumsi daging merah/putih) sejak 1997. Drugs? Iya... Saya suka ke drugstore membeli vitamin C dan omega 3," pungkas Jerinx.

Harapan Jerinx Terhadap Musisi Indonesia

Jerinx (Source: Instagram.com/jrxsid)  Perjuangan Jerinx melawan Reklamasi Teluk Benoa sama sekali belum berakhir. Penggemuk drum di Superman Is Dead ini bahkan sempat bertemu dengan Presiden Jokowi pertengahan April lalu untuk menyampaikan kekhawatirannya terhadap proyek tersebut.
Kalau dihitung-hitung, perjuangan Jerinx sudah lebih dari tiga tahun. Dia pun berencana untuk terus mencari dukungan baru agar apa yang diupayakannya selama ini tak lantas kandas di tengah jalan.

"Karena perjuangannya panjang, (masyarakat) harus terus-menerus diingatkan. Jadi kalau ada yang bosan, ada yang menggantikan. Makanya harus terus didengungkan. Jadi saat kita turun ke jalan-jalan, orang-orang akan terus datang walaupun bukan orang-orang yang sama," ucapnya ketika ngobrol bareng Liputan6.com di kawasan Teuku Umar, Bali.
Di sela-sela wawancara, Jerinx juga sempat mengungkapkan harapannya terhadap musisi-musisi besar di Tanah Air. Ia ingin agar para musisi tak sekedar bernyanyi, namun juga membawa sebuah pesan positif bagi para pendengarnya.
"Agar lebih memanfaatkan popularitas. Jadi nggak cuma untuk mereka saja, tapi juga bisa bermanfaat untuk banyak orang. Dan itu yang saya pelajari dari punk rock," tandas Jerinx

Hari Kebangkitan Nasional, Tiga Komponen Masyarakat Bali Pasang Baliho Tolak Reklamasi

Desa Adat Sukawati Tolak Reklamasi
Bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional ke 108 yang jatuh pada 20 Mei 2016, tiga komponen masyarakat Bali di Denpasar dan Gianyar menggelar aksi dengan pemasangan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa pada Jumat (20/5). Mereka di antaranya dari Banjar Alangkajeng, Denpasar, Desa Adat Renon dan Semeton Pasek Sukawati, Gianyar.

Banjar Alangkajeng memasang baliho dengan ukuran 3 x 4,5 meter beserta bendera berukuran 4×3 meter yang dipasang pada pukul 17.00. “Kami tidak ikut-ikutan, ini murni dari hati nurani kami untuk menjaga lingkungan,” ujar Anak Agung Putu Sugiartha selaku Kelian Banjar Alangkajeng.
Hal yang serupa juga dilakukan oleh Desa Pekraman Renon, Denpasar. Segenap masyarakat turut serta memasang baliho yang bertulisan “Tolak Reklamasi Berkedok Revitalisasi Teluk Benoa” lengkap dengan logo ForBALI.
Menariknya, baliho ini dipasang di semua banjar yang ada di Renon. “Jadi ada 4 Banjar yang ada di Renon, kami pasang serentak atas arahan Bendesa Adat,” tutur Eka selaku pemuda Renon.
Sementara itu di Gianyar, komponen dari Semeton Pasek Sukawati juga mendirikan baliho berukuran 4×6 meter di depan Griya Agung Banjar Babakan, Sukawati. “Teluk Benoa itu kawasan suci, jangan di utak atik, maka dari itu mesti di jaga,” tutur Ida Pandita Empu Siwa Budha Daksa Dharmita selaku pengelingsir warga pasek di Sukawati,
Pemasangan baliho ini juga sebagai bentuk untuk menegaskan dan menyosialisasikan hasil keputusan PHDI pusat tentang Kawasan Suci Teluk Benoa, agar nantinya tidak ada umat bingung, terlebih ada beberapa pihak yang ingin membuat keputusan tandingan dengan bergerilya mencari tanda tangan para Pandita.
Ida Pandita meminta gerakan ini dapat diikuti oleh perkumpulan warga lainnya yang ada di Bali. “Semoga saja, setelah warga pasek di Sukawati, ada warga lainnya juga seperti warga Pande dan sebagainya untuk turut serta dalam barisan masyarakat,” harapnya.
Tidak hanya mendirikan baliho, pada pukul 24.00, juga diadakan malam renungan suci dan doa bersama beberapa Pandita, pemangku dan warga memohon supaya semesta memberkati perjuangan rakyat Bali dalam menolak reklamasi Teluk Benoa.

Jokowi Datang, Baliho-Baliho Tolak Reklamasi Diberangus TNI

Foto Baliho Usai Dirobokan TNI Dok ForBALI
Tiap kali ada presiden datang ke Bali, selalu terjadi perusakan baliho tolak reklamasi. Begitu pula yang terjadi Sabtu (14/5) pekan lalu. Baliho-baliho yang dipasang warga adat di pertigaan Jalan By Pass Ngurah Rai Nusa Dua – pintu jalan Tol Bali Mandara Bualu, Nusa Dua, Bali mendadak diturunkan tentara berpakaian lengkap. Para pelaku mengatakan baliho dituturunkan karena adanya kedatangan Presiden Joko Widodo ke Bali.

I Nyoman Suweta, Kepala Lingkungan Banjar Penyarikan, Desa Bualu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung menceritakan kejadian tersebut. Pada pukul 1 siang Sabtu kemarin, petugas merobohkan dua baliho di pertigaan menuju arah kawasan Bali Tourism Development Corporation (BTDC) Nusa Dua, kawasan elite tempat pertemuan-pertemuan penting nasional maupun internasional. Para petugas beralasan ada perintah dari atasan.
“Saya tidak tahu mereka dari mana. Yang jelas mereka tentara berpakaian lengkap,” kata Suweta.
Setelah sempat terjadi perdebatan dengan warga, petugas TNI berpakaian lengkap tetap menurunkan dua baliho. Satu baliho berukuran 4×6 meter dengan tulisan Desa Adat Bualu Tolak Reklamasi Teluk Benoa yang terpasang sejak sekitar sebulan lalu. Bali lainnya baru terpasang pada Jumat malam dengan tulisan Selamat Datang Pak Jokowi. Saatnya Cabut Perpres Nomor 51 tahun 2014 Warisan Rezim SBY. Baliho berukuran 3×4 meter dipasang oleh warga Bualu untuk menyambut kedatangan Jokowi ke Bali. Namun, baru satu malam dipasang, baliho tersebut telah dirobohkan aparat TNI.
“Ketika kami tiba di sana, baliho-baliho yang kami pasang sudah dirobohkan,” katanya. Dia menambahkan hal lain yang membuat mereka kesal adalah karena bendera merah putih yang mereka pasang bersama bendera Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa (ForBALI) di satu tiang juga ikut dibuang. “Kami merasa tersinggung sekali. Di alam demokrasi masih ada tindakan pemberangusan seperti ini,” kata Suweta.
Berjarak sekitar 1 km dari pertigaan tersebut, penurunan baliho juga hampir terjadi di perempatan di depan pintu masuk BTDC. Kadek Duarsa, warga Tanjung Benoa yang juga aktivis Tanjung Benoa Tolak Reklamasi (TBTR), ikut hadir di sana ketika aparat akan menurunkan baliho. Duarsa dan warga lalu menanyakan alasan para tentara itu sehingga merobohkan baliho.
Menurut Duarsa, anggota TNI yang akan merobohkan sendiri berganti-ganti alasan. Alasan pertama, mereka bilang karena isinya dianggap melecehkan pejabat negara. “Ketika kami tanya kalimat mana yang dianggap melecehkan, mereka tidak bisa menunjukkan,” kata Duarsa.
Alasan kedua menurut versi anggota TNI karena baliho-baliho itu bersifat politis. “Saya tunjukkan baliho-baliho lain juga isinya lebih politis namun kenapa mereka dibiarkan?” ujar Duarsa. Menurut Duarsa, di lokasi tersebut juga banyak baliho para calon ketua umum Partai Golkar yang sedang melaksanakan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) di Nusa Dua.
Namun, menurut Duarsa, anggota TNI tidak bisa menjelaskan lebih lanjut. Setelah tidak bisa menjelaskan, mereka kemudian mengeluarkan ancaman.
“Mereka bilang jika kami tidak mengizinkan penurunan baliho-baliho tersebut, maka kami akan ditangkap. Saya jawab jika mereka menangkap kami, kami akan bunyikan kul-kul bulus di banjar,” Duarsa bercerita. Kul-kul bulus adalah kentongan tradisional Bali untuk memanggil warga jika ada keadaan bahaya.
Karena tidak bisa menjawab pertanyaan warga, anggota TNI pun membiarkan baliho di perempatan pintu masuk kawasan BTDC Nusa Dua tersebut. Baliho-baliho berisi sambutan selamat datang dan tuntutan kepada Presiden Jokowi pun tetap terpasang.
Duarsa mengatakan sebagian baliho berisi tuntutan kepada Jokowi memang baru dipasang menjelang kedatangan Presiden ke Bali untuk membuka Munaslub Partai Golkar. “Kami ucapkan selamat datang kepada Bapak Jokowi dengan harapan membantu masyarakat Bali untuk secepatnya membatalkan Perpres 51 Tahun 2014 warisan Rezim SBY,” ujar Kadek Duarsa yang juga Ketua Lembaga Perwakilan Masyarakat (LPM) Tanjung Benoa.
Adapun baliho di pertigaan Bualu kemudian kembali dididirikan oleh warga hanya berselang tak sampai satu jam setelah perobohan. “Seperti suara penolakan kami terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa, kami akan terus mendirikan kembali baliho tersebut apapun yang terjadi,” kata Suweta.
Ketua LPM Tanjung Benoa adu Mulut Dengan TNI Dok ForBALI
Intimidasi
Desa Adat Bualu sendiri termasuk salah satu dari 35 desa di Bali yang sudah secara resmi menolak rencana reklamasi Teluk Benoa. “Banjar kami yang terdiri dari 2.700 jiwa sudah tegas menolak rencana reklamasi,” ujar Suweta. Ada tiga alasan yang dia sampaikan. Pertama, Teluk Benoa merupakan kawasan suci. Kedua, Teluk Benoa merupakan tempat sebagian warga Bualu mencari makan. Ketiga, kalau memang terjadi pendangkalan, maka seharusnya bukan direklamasi tapi dikeruk.
“Kami ini daerah paling kecil di sekitar Teluk Benoa dibandingkan desa lain. Kami pasti kena dampak jika Teluk Benoa jadi direklamasi. Jika memang mau reklamasi, lakukan saja di tempat lain seperti Buleleng atau Karangasem yang masih luas wilayahnya,” Suweta menambahkan.
Menurut Suweta, pembongkaran balih-baliho tersebut merupakan bentuk intimidasi kepada warga yang menolak.
Baliho-baliho menyambut kedatangan Jokowi ke Bali itu terpasang tak hanya di Bualu dan Nusa Dua. Masyarakat Desa Kedonganan juga memasang baliho bertuliskan Selamat Datang Pak Jokowi di Bali, Jika SBY Menerbitkan Perpres 51/2014 Saatnya Pak Jokowi Mencabutnya, Jangan Mau Kena Jebakan Batman SBY”.
Baliho-baliho tersebut dipasang di berbagai titik di antaranya di pertigaan lampu merah Kedonganan dan di perbatasan antara Kedongan dan Jimbaran. Semua baliho itu berada di lokasi yang dilewati dari Bandara Ngurah Rai ke arah Nusa Dua.
“Kami pemuda pesisir berharap Presiden mengerti dan memahami pesan dalam baliho yang kami dirikan ini,” tutur pemuda dari Desa Adat Kedonganan Wayan Gede Dwi Adnyana Putra.
Terus Meluas
Menyikapi penurunan balih-baliho tersebut, ForBALI mempertanyakan kewenangan aparat TNI dalam melakukan penurunan baliho-baliho tersebut. “Apa dasar hukum pihak TNI melakukan tindakan tersebut? Apakah hal itu merupakan bagian dari tugas pokok TNI sebagaimana diatur dalam UU no. 34 th 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia?” tanya I Wayan Gendo Suardana.
Menurut Gendo tindakan tersebut bukanlah bagian dari tugas pokok dan kewenangan TNI. Karena itu, menurutnya, aparat TNI telah melakukan tindakan sewenang-wenang dan tidak berdasar hukum.
Selain mempertanyakan kewenangan TNI, ForBALI juga menyatakan keberatan dan mengecam tindakan anggota TNI. “Tindakan tersebut adalah pengekangan kebebasan berekspresi oleh aparat Negara,” kecam Gendo. Padahal kebebasan berekspresi adalah hak warga negara yang dijamin oleh Pasal 28 ayat (3) huruf e Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia serta Undang-undang No. 9 tahun 1998 tentang kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum.
Dalam catatan ForBALI, penurunan secara paksa terhadap Baliho Penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa oleh aparat negara, baik anggota TNI maupun Polri, setiap kedatangan presiden ke Bali sudah berulangkali terjadi, sejak zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hingga kini Presiden Jokowi. Anehnya selalu saja yang menjadi sasaran adalah baliho aspirasi penolakan reklamasi Teluk Benoa sedangkan baliho-baliho atau alat peraga lainnya selain baliho tolak reklamasi di area yang sama masih dibiarkan.
Menurut Gendo, penurunan paksa baliho penolakan reklamasi oleh aparat negara bukanlah penertiban melainkan pemberangusan kebebasan berekspresi. “Tindakan aparat negara yang menurunkan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa secara paksa telah melanggar hak konstitusional warga Negara,” pungkasnya.
ForBALI telah menyampaikan laporan lisan kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). “Kami meminta KOMNAS HAM untuk segera melakukan tindakan-tindakan sesuai kewenangannya, mengingat pemberangusan kebebasan berekpresi dan berpendapat sudah sangat sering terjadi khususnya setiap kedatangan Presiden RI ke Bali,” pungkas Gendo.
Intimidasi terhadap baliho-baliho tolak reklamasi sendiri seakan tidak menyurutkan suara warga yang menolak. Bukannya menciut, suara penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa justru terus meluas. Minggu sore kemarin, giliran tiga desa adat di Kabupaten Gianyar yang mendeklarasikan penolakan tersebut, yaitu Desa Adat Medahan, Cucukan, dan Keramas.
Sekitar 5.000 peserta aksi memadati Pantai Masceti Minggu sore dengan membawa berbagai atribut penolakan terhadap rencana reklamasi. Ada yang membawa gamelan, ogoh-ogoh, bendera, spanduk, hingga layang-layang dan spanduk raksasa berukuran sekitar 10 x 10 meter.
Massa yang berpakaian seragam putih-putih itu datang dari berbagai penjuru Bali, seperti Buleleng, Karangasem, Kuta, Denpasar, dan Gianyar sendiri. Ketut Punduh, 70 tahun, warga Sukawati, Gianyar misalnya datang dengan naik sepeda ontelnya. Di bagian belakang sepeda tuanya dia mengikat bendera ForBALI dengan tulisan Tolak Reklamasi Teluk Benoa. Batalkan Perpres No 51 tahun 2014.
“Lebih baik saya berjuang menolak rencana reklamasi daripada membiarkan cucu saya mati tenggelam karena kena dampak reklamasi,” ujarnya.

Ini yang Bikin Jerinx Ngotot Tolak Reklamasi Teluk Benoa

Musisi asal Bali, Jerinx belakangan identik dengan gerakan menolak Reklamasi Teluk Benoa. Meski sempat mengalami teror serta larangan manggung, drummer Superman Is Dead sekaligus vokalis Devildice itu tetap bertahan pada ideologinya.
Bagi Jerinx, perjuangannya menolak Reklamasi Teluk Benoa bukan tanpa sebab. Sebagai warga asli Bali, Jerinx khawatir dengan dampak yang akan terjadi bila reklamasi tersebut benar-benar dilakukan.
Baca Juga
"Tidak diuruk pun ketika hujan sudah banjir. Belum lagi mereka bilang akan mendatangkan 250 ribu pekerja. Itu mau ditaruh di mana sementara Bali Selatan sudah crowded mendekati Jakarta. Anda tahu sendiri khan kemacetannya sudah bisa dibilang beda 30% dengan di Jakarta. Dan beban kemacetan kan berat, bisa bikin stres, gila, depresi, kriminalitas segala macam," ucap Jerinx ketika ngobrol bareng Liputan6.com di kawasan Teuku Umar, Bali.
"Sudah dilakukan juga kajian dampak sosial oleh Universitas Udayana Bali. Dan hasilnya, mereka menyatakan kalau proyek itu tidak layak dilaksanakan," lanjutnya.
Kini, setelah tiga tahun berlalu, seruan Jerinx menentang Reklamasi masih terdengar di panggung-panggung musik. Pelantun Memories of Rose ini pun bertekad untuk terus mencari dukungan baru agar apa yang diperjuangkannya selama ini tidak lantas kandas di tengah jalan.
"Perjuangan kami tiga tahun lebih ini sudah bukan tentang kalah dan menang. Apapun hasilnya nanti, yang penting kami sudah berusaha. Saya juga terkadang capek, ini kapan selesainya. Tetapi bagi masyarakat Bali, atau siapapun yang sayang dengan Bali, ini adalah masalah personal. Mereka hendak mengancurkan sesuatu yang indah," pungkas Jerinx.

KISAH HARU DARI AMERIKA: SUPERMAN IS DEAD AMERICAN TOUR 2009 – DIARY 1

SID-DIary

Jawara kita Superman Is Dead rupanya harus berjuang keras mengibarkan panji Indonesia di Amerika nan megalomania itu. Setelah harus mengundur tournya, Eka harus belakangan berangkat menyusul dipenuhi ketegangan dan tanpa semangat tim Angels yang berangkat duluan. Walhasil ketika Eka bergabung menjadikan ledakan kegembiraan yang siap membawa SID melaju dengan full speed. Kisah mengharukan ini langsung diturunkan dari LA dalam bentuk diary oleh Lia Pasaribu sang manager.
24 Juni 2009, Bali, INA.
Berat! Kami berangkat menuju airport Ngurah Rai dengan perasaan berat. Perjalanan tour SID ke Amerika yang seharusnya penuh api semangat dan keriangan terasa terganjal karena salah satu personel SID; Eka Rock terhadang masalah Visa yang sampai pada hari keberangkatan belum juga keluar, sementara Vans Warped Tour dimulai 26 Juni.
Dengan China Airlines, kami melewati melewati Samudera Pasifik ditemani bir, Watchmen  ber-subtitle mandarin [The Comedian kicks ass!] dan pil tidur.
Transit di Taipei selama 30 menit kita lalui dengan lesu, berharap hari cepat berlalu dan Eka mendapatkan Visa-nya sebelum tanggal 25 Juni. Another 11 hours from Taipei to LA kita lewati dengan skenario yang sama; bir, film & pil tidur. Whatever.
25 Juni 2009, Santa Clarita, CA.
Tidak ada masalah yang berarti ketika berurusan dengan imigrasi di LA. Hembus dingin udara LA [walaupun summer] menyambut ketika kita keluar dari bandara. Disaat kita sibuk mencari tempat untuk merokok, sebuah pesan singkat kami terima mengatakan “Eka sudah mendapatkan Visa nya, dia bisa berangkat tanggal 25 Juni”. Serasa di charge mesin V8, kami spontan berteriak gembira dan saling peluk. Momen yang cukup emosional. Mbak Lia manager SID terlihat hampir menagis. Nina dari Mastra Production yang menjemput kita di airport juga cukup terbawa suasana. Yeah, sekarang semua bisa bernafas lega. Kita langsung tancap gas menuju Santa Clarita, tempat kita menginap selama di California. Persetan dengan jet lag, USA here we come!
SIDdiary1


26 Juni 2009, Pomona, CA.
Karena Eka baru tiba di LA tanggal 26 Juni malam hari, kita memakai Eko [kru SID] untuk mengisi posisi bass pada Warped Tour di Pomona California. Eko menjalankan tugasnya dengan baik, sayang kita diposisikan sebagai band pembuka rangkaian Warped Tour 2009 ini. Kita main jam 11 siang disaat penonton baru masuk seperempatnya. Walaupun tidak dengan format 100% kami mampu membuat beberapa punkrocker lokal menunjukkan tarian pogo-nya. Setelahnya, kami antri untuk mengambil jatah makan siang dan terjadi pemandangan yang cukup menarik. Dibarisan antrian yang cukup panjang ada beberapa nama besar skena punk/hardcore internasional : The Ataris, Thrice, Aiden, Anti Flag dll. Mereka semua ikut berdiri mengantri untuk makan siang. Pemandangan yang mungkin tidak pernah terjadi di Indonesia.
27 Juni 2009, San Francisco, CA.
Berangkat jam 3 pagi, perjalanan 8 jam dari Santa Clarita menuju SF terasa seabad dan pil tidur tidak lagi membantu. 7 orang plus alat-alat dalam 1 van is so not funny. Tiba di SF jam 9.30 pagi kami mengalami kesulitan mencari parkir. Kebetulan hari itu ada demo aktivis gay di dekat lokasi Warped Tour. Pukul 1.50 siang, dibawah cuaca SF yang cukup panas, kami sukses menghajar panggung dan pemintaan interview dari pers lokal mulai berdatangan. Setelah semua beres kami langsung cabut ke Ventura California. Sempat singgah di Golden Gate dan mendapat kejutan hot dog gratis, kami tiba di Ventura jam 3 pagi. Beruntung rumah kosong yang kami tempati cukup nyaman, lengkap dengan seaview, boat/jetski pribadi, plasma TV dan seisi kulkas yang nyaris kadaluwarsa. Nicely, a friend came later with a crate of beer and a bottle of Jagermeister. Devilish!
28 Juni 2009, Ventura, CA.
Di kota yang kustom kulture nya cukup kuat ini kami singgah di Tony’s Pizza, sebuah restaurant pizza tradisional dekat pantai yang merayakan ulang tahun nya yang ke 50. Kami menyantap pizza sambil menjatuhkan rahang dikala sebuah Cadillac Devillle berwarna matt black melintas dengan smooth-nya. Sebuah pemandangan yang sangat California: tattoos, hot rod, beach and punkrock. Disini hampir 70% orang yang kami jumpai memiliki tattoo, boys or girls. Dan tiba-tiba kami merasa kurang brandalan. Haha.
Hari ini kami bermain jam 3.15 sore. Kami kurang beruntung, lokasi panggung kami kurang strategis karena terhalang main stage. Band-band yang bermain sebelum/setelah kami juga mengalami nasib yang sama: tidak berhasil menarik penonton yang maksimal. Selesai menjalankan tugas, kami sempat ditraktir minum oleh seorang penonton yang keep saying “You guys made my day”. Balik ke Tony’s Pizza untuk mengambil mobil, kami diberi jatah free pizza dan dengan perut kenyang kami menuju Santa Clarita to celebrate a friend’s birthday. Auw!